Pnyrahan Pakaian Sholat untuk P. Wijiono, Jl. Jawa,
Mangkujayan, Ponorogo.
|
Terkadang dalam kehidupan ini, kita
sering berhura-hura untuk hal yang kurang bermanfaat termasuk
berlebih-lebihan dan membuang-buang rizki,jadi pemboros atau yang lain nya.
padahal telah dikatakan dlm islam,
bahwa perilaku ini merupakan merupakan perilaku tercela yang disebut israf dan
tabzir.
Jadi, pertanyaannya adalah…Bagaimana
cara kita untuk bersikap hemat atau hidup sederhana menurut islam?
Allah SWT berfirman:
waalladziina idzaa anfaquu lam yusrifuu
walam yaqturuu wakaana bayna dzaalika qawaamaan
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yg demikian.”
(QS.Al- Furqon:67)
Hendaknya kita semua mampu
mengendalikan hawa nafsu kita, sehingga tidak diperdayakan oleh kehidupan dunia
yang penuh dengan kemewahan, kelezatan dan kesenangan yang membutakan hati.
Ada baiknya kita semua mempergunakan
apa yang kita punya dengan semestinya, dan Allah SWT Berfirman:
wa-anfiquu fii sabiili allaahi walaa
tulquu bi-aydiikum ilaa alttahlukati wa-ahsinuu inna allaaha yuhibbu
almuhsiniina
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta
bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.” (QS.
Al-Baqarah Ayat : 195)
Membelanjakan harta (infaq) bisa
berbentuk wajib, sunnah, mubah, bahkan haram. Wajib dlm hal nafkah kepada anak-
isteri, zakat, dll. Sunnah dlm hal shodaqoh, memberi hadiah, wasiat, dll. Mubah dalam hal rekreasi, dll. Haram
jika bersifat israf, tabdzir dan taqtir.
Adapun kata tabdzir makna syara’nya
adalah menafkahkan harta pada perkara-perkara yang haram.
Dalam Al-qur’an menyuruh kita untuk
tidak jadi pemboros,
Allah SWT berfirman :
inna almubadzdziriina kaanuu ikhwaana
alsysyayaathiini wakaana alsysyaythaanu lirabbihi kafuuraan
Artinya: “ Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS.
Al-Israa' Ayat : 27)
Jika kita punya sesuatu yang lebih,
Berikanlah kepada yang lebih membutuhkan, Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk
memberikan kepada yg lebih membutuhkan, dan Allah tidak suka dengan
orang-orang yang berlebihan, seperti dalam Firman Allah SWT berikut:
wahuwa alladzii ansya-a jannaatin
ma'ruusyaatin waghayra ma'ruusyaatin waalnnakhla waalzzar'a mukhtalifan ukuluhu
waalzzaytuuna waalrrummaana mutasyaabihan waghayra mutasyaabihin kuluu min
tsamarihi idzaa atsmara waaatuu haqqahu yawma hashaadihi walaa tusrifuu innahu
laa yuhibbu almusrifiina
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun
yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan
tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan
kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan..” (QS.Al-An’am:141)
Jika kita mempunyai sesuatu Harta yang
lebih tapi kita menutup Rapat-rapat Harta kita dengan berlaku
kikir,sesungguhnya kita tdk akan mendapatkan kebaikan sama sekali.
Allah SWT Berfirman:
lan tanaaluu albirra hattaa tunfiquu
mimmaa tuhibbuuna wamaa tunfiquu min syay-in fa-inna allaaha bihi 'aliimun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai
kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran: 92)
Selain itu sebagai seorang muslim
berkewajiban selalu menjamin kepastian segala kebutuhan hidup dan makanan
dengan barang yang halal..karena jika kita makan dari makanan Haram itu
termasuk penghalang dari terkabulnya sebuah Do’a.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW; “
Seorang lelaki berdo’a, Ya Tuhan, Ya Tuhan, sedang makanannya haram, minumannya
haram, dan pakaiannya juga haram. Ia diberi makan (sejak kecilnya) dengan yang
haram, bagaimana mungkin do’anya dikabulkan.” (HR
Abu Hurairah r.a.).
Untuk itulah, solusinya adalah mari
membiasakan diri hidup sederhana. Qona’ah bisa menjadi hal solutif. Qona’ah
ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna.
Imam Al Ghazali memberi kiat-kiat agar kita memiliki sifat qona`ah,
dalam kitab nya Ihya
'Ulumuddin
- Pertama, kesederhanaan
dalam penghidupan dan pembelanjaan. Di dalam hadits disebutkan, “Pengaturan adalah separo dari
penghidupan.”
- Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia
tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder.
- Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qona'ah
berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan
ketamakan.
Maka dengan cara ini, lanjut Al Ghazali, insya Allah ia akan bebas dari
ketamakan.
Dengan hidup sederhana insya Allah
hidup kita akan menjadi sukses. Sebagaimana pesan para Ulama“Sederhana
adalah pangkal kesuksesan”. Amin….
Mudah-mudahan kita dapat menjadikan
hidup kita lebih baik dari yang sebelumnya agar kita dapat meraih kesuksesan
yang gemilang di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua menjadi orang-orang
yang selalu di beri petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang "HIDUP SEDERHANA DALAM
ISLAM" pada kali ini,
semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lamu bishshawaab, In kaana shawaaban faminallaah, wa in kaana khatha-an, faminnii waminasysyaithaan, wallaahu waraosuuluhuu barii-aan.
"Dan Allah Yang Paling Mengetahui apa yang benar, Kalau apa yang saya sampaikan itu benar, maka kebenaran itu datang dari Allah. Kalau apa yang saya sampaikan itu keliru, maka ia berasal dari diri saya dan dari syaithan. Allah dan RasulNya tidak ada keterlibatan"
Wallaahu a’lamu bishshawaab, In kaana shawaaban faminallaah, wa in kaana khatha-an, faminnii waminasysyaithaan, wallaahu waraosuuluhuu barii-aan.
"Dan Allah Yang Paling Mengetahui apa yang benar, Kalau apa yang saya sampaikan itu benar, maka kebenaran itu datang dari Allah. Kalau apa yang saya sampaikan itu keliru, maka ia berasal dari diri saya dan dari syaithan. Allah dan RasulNya tidak ada keterlibatan"
JANGAN LUPA SEDEKAH
Wassalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Sumber : http://www.dinhikmah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar